Para muslimah

Para muslimah
g jelas

Senin, 07 November 2011

Laporan Pemantauan Pertumbuhan Balita

Laporan pemantauan pertumbuhan balita didasarkan pada data SKDN —– singkatan yang dipakai untuk menganalisis hasil kegiatan penimbangan berat badan balita di posyandu——–Pada laporan ini terdapat data jumlah posyandu yang aktif dan tidak aktif. Data tentang jumlah kader yang aktif dan tidak aktif, kemudian data hasil kegiatan kader posyandu yaitu Jumlah balita (S), Jumlah Balita yang memiliki KMS —- singkatan dari Kartu Menujuh Sehat—— Jumlah Balita yang ditimbang (D), jumlah balita yang naik berat badannya (D) dan jumlah balita dengan BGM pada KMS. Semua data pemantauan ini diuraikan per kecamatan (puskesmas)

Jumlah posyandu di kabupaten Polewali Mandar selama tahun 2009 sebanyak 494 posyandu dimana jumlah posyandu yang aktif sebanyak 473 (95%). Jumlah kader seluruhnya sebanyak 2.110 kader dengan kader aktif sebanyak 1.912 kader (90%). Jumlah balita yang terpantau selama tahun 2009 sebanyak 36.022 balita, dengan analisis SKDNnya adalah :
Pertama : Balita yang memiliki KMS (liputan program) sebanyak 33.877 (K/S= 94%), hanya sekitar 6 % yang tidak memiliki KMS Balita atau Buku KIA yang didalamnya mempunyai KMS-Balita. Angka 6 % ini biasa juga di isilahkan dengan drop out program posyandu artinya anak-anak balita ini benar-benar tidak “mau” terlibat dalam kegiatan posyandu, penyebabnya antara lain, tinggal didaerah yang jauh dari posyandu, orang tuanya selalu sibuk, atau tinggal secara berpindah antar keluarga. Melihat data kepemilikan KMS Balita yang telah mencapai 94%, sebenarnya setiap keluarga balita telah mempunyai media sederhana untuk memantau pertumbuhan anaknya, namun kenyataannya hal ini belum dilakukan secara maksimal. Masih ditemukan diantara mereka, anak balitanya menderita gizi kurang bahkan gizi buruk, seperti yang diperlihatkan pada pemantauan status gizi (PSG) diatas.
Kedua : Balita ditimbang (partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu) sebanyak 24.154 (D/S= 67.1%). Angka partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu ini tidak sebanding dengan keluarga yang telah memiliki KMS, yaitu sekitar 26,9 % atau sekitar 9.000an (baca : sembilan ribuan) balita kehilangan kesempatan (Opportunity Lost) untuk dipantau pertumbuhannya, tentunya semua ini tidak terlepas dari peran orang tua balita dan petugas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, disamping juga peran stakeholder tingkat desa, untuk merespon anak yang kehilangan kesempatan dipantau tumbuh-kembangnya. Kehilangan Kesempatan karena tumbuh-kembang anak bila telah terjadi tidak akan terulang yang kembali, sekali terlewati, maka tidak akan terulang lagi.
Ketiga : Balita yang Naik BBnya (Hasil program ) sebanyak 16.992 (N/S = 47,2%). Presentase ini disebut juga dengan Hasil Program karena yang dilihat adalah balita yang naik dibanding dengan seluruh sasaran populasi program, sudah otomatis cakupannya tidak akan bisa mencapai 100%, karena seperti yang disebutkan point 1 (satu) dan 2 (dua) diatas, 6 % telah drop out —— biasa diistilahkan dengan DO——- dan 26,9% telah kehilangan kesempatan atau secara keseluruhan sekitar 33 %, jadi maksimal hasil program yang bisa dicapai hanya sekitar 67%.
Keempat : Balita yang Naik Berat Badannya terhadap balita yang ditimbang (N/D) sebanyak =70,3%. Analisis ini biasa juga disebut Hasil kegiatan atau hasil dari kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu, selebihnya atau sekitar 29,7%, balita berat-badanya tetap, turun berat badannya perbulannya atau ditahu berat badannya tetapi tidak bisa dibandingan dngan bulan sebelumnya karena bulan sebelumnya tidak ditimbang.
Kelima : Dan balita dengan BGM-KMS  sebanyak 928 (BGM/D= 3.8%). Analisis ini sebenarnya dipergunakan untuk warning pada setiap orang tua balita dan petugas kesehatan, bila tidak diperhatikan sang balita bisa mengalami gizi buruk.
Laporan Status Gizi dan Laporan Pemantauan Pertumbuhan Balita adalah dua laporan tahunan tentang keadaan gizi balita Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2009. Dari dua jenis laporan ini ada beberapa hal yang menarik untuk diperhatikan yaitu Pertama : Jumlah Gizi buruk (352 balita) selama tahun 2009 lebih sedikit dari jumlah balita dengan BGM pada KMS ( 928 balita). Hal ini dapat diartikan bawah tidak semua balita BGM pada KMS adalah gizi buruk. Kedua : Jumlah balita (27.217 balita) pada penentuan status gizi lebih sedikit dari jumlah balita yang dipantau (36.022 balita) atau sekitar 75%——– wajar memang harus demikian——– Namun jika dibandingkan dengan balita yang ditimbang, jumlah balita pada penentuan status gizi masih lebih banyak dari balita yang ditimbang perbulannya —— tidak wajar, penentuan status gizi tidak ditindaklanjuti dengan pemantauan per bulannya.——— Ketiga : Pada Penentuan status gizi dapat dibedakan menurut jenis kelamin, namun untuk pemantaun pertumbuhan balita belum dapat dibedakan menurut jenis kelamin. Keempat : Penentuan status gizi hanya di lakukan pengukuran berat badan maupun tinggi badan hanya sekali dalam setahun, sementara untuk pemantauan pertumbuhan dilakukan per bulannya.
Dua laporan tahunan tentang keadaan gizi balita Kabupaten Polewali Mandar tahun 2009. Laporan pertama yang berisi tentang Status Gizi Balita kabupaten polewali Mandar tahun 2009 dan yang kedua adalah laporan pemantauan pertumbuhan Balita (SKDN) Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009. Interpretasi kedua laporan ini berbeda, namun mempunyai hubungan sebab-akibat. Anak balita di ukur status gizinya untuk mengetahui apakah anak balita tersebut keadaan gizi buruk, kurang, baik dan lebih, sedangkan pemantauan pertumbuhan untuk mengetahui sejauhmana pertumbuhan (penambahan) berat-badan balita. Tepatnya Status Gizi merupakan hasil akhir (dampak) dari kegiatan proses pemantauan pertumbuhan balita. Hasilnya atau kesimpulannya kegiatan pemantauan pertumbuhan balita belum dilakukan secara maksimal, padahal semua sarana dan prasarananya telah tersedia termasuk alat evaluasinya, sehingga hasil akhir, dapat menunjukkan bahwa mempersiapkan balita sebagai generasi penerus cita-cita bangsa masih “setengah-setengah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar