Laporan pemantauan pertumbuhan balita didasarkan pada data SKDN —– singkatan yang dipakai untuk menganalisis hasil kegiatan penimbangan berat badan balita di posyandu——–Pada laporan ini terdapat data jumlah posyandu yang aktif dan tidak aktif. Data tentang jumlah kader yang aktif dan tidak aktif, kemudian data hasil kegiatan kader posyandu yaitu Jumlah balita (S), Jumlah Balita yang memiliki KMS —- singkatan dari Kartu Menujuh Sehat—— Jumlah Balita yang ditimbang (D), jumlah balita yang naik berat badannya (D) dan jumlah balita dengan BGM pada KMS. Semua data pemantauan ini diuraikan per kecamatan (puskesmas)
Jumlah posyandu di kabupaten Polewali Mandar selama tahun 2009 sebanyak 494 posyandu
dimana jumlah posyandu yang aktif sebanyak 473 (95%). Jumlah kader
seluruhnya sebanyak 2.110 kader dengan kader aktif sebanyak 1.912 kader
(90%). Jumlah balita yang terpantau selama tahun 2009 sebanyak 36.022
balita, dengan analisis SKDNnya adalah :
Pertama : Balita yang
memiliki KMS (liputan program) sebanyak 33.877 (K/S= 94%), hanya sekitar
6 % yang tidak memiliki KMS Balita atau Buku KIA yang didalamnya
mempunyai KMS-Balita. Angka 6 % ini biasa juga di isilahkan dengan drop out program posyandu
artinya anak-anak balita ini benar-benar tidak “mau” terlibat dalam
kegiatan posyandu, penyebabnya antara lain, tinggal didaerah yang jauh
dari posyandu, orang tuanya selalu sibuk, atau tinggal secara berpindah
antar keluarga. Melihat data kepemilikan KMS Balita yang telah mencapai
94%, sebenarnya setiap keluarga balita telah mempunyai media sederhana
untuk memantau pertumbuhan anaknya, namun kenyataannya hal ini belum
dilakukan secara maksimal. Masih ditemukan diantara mereka, anak
balitanya menderita gizi kurang bahkan gizi buruk, seperti yang
diperlihatkan pada pemantauan status gizi (PSG) diatas.
Kedua : Balita
ditimbang (partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu) sebanyak
24.154 (D/S= 67.1%). Angka partisipasi masyarakat dalam kegiatan
posyandu ini tidak sebanding dengan keluarga yang telah memiliki KMS,
yaitu sekitar 26,9 % atau sekitar 9.000an (baca : sembilan ribuan)
balita kehilangan kesempatan (Opportunity Lost) untuk dipantau pertumbuhannya,
tentunya semua ini tidak terlepas dari peran orang tua balita dan
petugas kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, disamping juga peran
stakeholder tingkat desa, untuk merespon anak yang kehilangan kesempatan
dipantau tumbuh-kembangnya. Kehilangan Kesempatan karena tumbuh-kembang
anak bila telah terjadi tidak akan terulang yang kembali, sekali
terlewati, maka tidak akan terulang lagi.
Ketiga : Balita yang Naik BBnya (Hasil program ) sebanyak 16.992 (N/S = 47,2%). Presentase ini disebut juga dengan Hasil Program karena yang dilihat adalah balita yang naik dibanding dengan seluruh sasaran populasi program,
sudah otomatis cakupannya tidak akan bisa mencapai 100%, karena seperti
yang disebutkan point 1 (satu) dan 2 (dua) diatas, 6 % telah drop out
—— biasa diistilahkan dengan DO——- dan 26,9% telah kehilangan kesempatan
atau secara keseluruhan sekitar 33 %, jadi maksimal hasil program yang
bisa dicapai hanya sekitar 67%.
Keempat : Balita yang Naik Berat Badannya terhadap balita yang ditimbang (N/D) sebanyak =70,3%. Analisis ini biasa juga disebut Hasil kegiatan atau hasil dari kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu,
selebihnya atau sekitar 29,7%, balita berat-badanya tetap, turun berat
badannya perbulannya atau ditahu berat badannya tetapi tidak bisa
dibandingan dngan bulan sebelumnya karena bulan sebelumnya tidak
ditimbang.
Kelima : Dan balita dengan BGM-KMS sebanyak 928 (BGM/D= 3.8%). Analisis ini sebenarnya dipergunakan untuk warning pada setiap orang tua balita dan petugas kesehatan, bila tidak diperhatikan sang balita bisa mengalami gizi buruk.
Laporan Status Gizi dan Laporan
Pemantauan Pertumbuhan Balita adalah dua laporan tahunan tentang keadaan
gizi balita Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2009. Dari dua jenis
laporan ini ada beberapa hal yang menarik untuk diperhatikan yaitu Pertama :
Jumlah Gizi buruk (352 balita) selama tahun 2009 lebih sedikit dari
jumlah balita dengan BGM pada KMS ( 928 balita). Hal ini dapat diartikan
bawah tidak semua balita BGM pada KMS adalah gizi buruk. Kedua
: Jumlah balita (27.217 balita) pada penentuan status gizi lebih
sedikit dari jumlah balita yang dipantau (36.022 balita) atau sekitar
75%——– wajar memang harus demikian——– Namun jika dibandingkan dengan
balita yang ditimbang, jumlah balita pada penentuan status gizi masih
lebih banyak dari balita yang ditimbang perbulannya —— tidak wajar,
penentuan status gizi tidak ditindaklanjuti dengan pemantauan per
bulannya.——— Ketiga : Pada Penentuan status
gizi dapat dibedakan menurut jenis kelamin, namun untuk pemantaun
pertumbuhan balita belum dapat dibedakan menurut jenis kelamin. Keempat
: Penentuan status gizi hanya di lakukan pengukuran berat badan maupun
tinggi badan hanya sekali dalam setahun, sementara untuk pemantauan
pertumbuhan dilakukan per bulannya.
Dua laporan tahunan tentang keadaan gizi
balita Kabupaten Polewali Mandar tahun 2009. Laporan pertama yang
berisi tentang Status Gizi Balita kabupaten polewali Mandar tahun 2009
dan yang kedua adalah laporan pemantauan pertumbuhan Balita (SKDN)
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009. Interpretasi kedua laporan ini
berbeda, namun mempunyai hubungan sebab-akibat. Anak balita di ukur
status gizinya untuk mengetahui apakah anak balita tersebut keadaan gizi
buruk, kurang, baik dan lebih, sedangkan pemantauan pertumbuhan untuk
mengetahui sejauhmana pertumbuhan (penambahan) berat-badan balita.
Tepatnya Status Gizi merupakan hasil akhir (dampak) dari kegiatan proses
pemantauan pertumbuhan balita. Hasilnya atau kesimpulannya kegiatan
pemantauan pertumbuhan balita belum dilakukan secara maksimal, padahal
semua sarana dan prasarananya telah tersedia termasuk alat evaluasinya,
sehingga hasil akhir, dapat menunjukkan bahwa mempersiapkan balita
sebagai generasi penerus cita-cita bangsa masih “setengah-setengah”